Cape Canaveral, Florida (ANTARA/Reuters) - Satu satelit sains NASA dengan bobot enam ton jatuh ke Bumi, Sabtu pagi, tapi di mana pecahannya akan jatuh belum diketahui.
Satelit itu diperkirakan memasuki atmosfir Bumi antara pukul 23.45 waktu setempat Jumat dan 00.45 waktu setempat Sabtu (10.45 sampai 11.45 WIB), kata NASA, sebagaimana dilaporkan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Selama masa itu, Upper Atmosphere Research Satellite, yang sudah tak berfungsi tersebut, melewati wilayah Kanada dan Afrika, serta daerah luas Samudra Pasifik, Atlantik dan Hindia.
NASA sedang berusaha mengkonfirmasi lokasi dan waktu masuknya kembali satelit itu ke atmosfir Bumi.
Namun wilayah yang berpotensi dihujani kepingan bangkai satelit itu adalah seluruh kawasan di rentang 57 derajat lintang utara hingga 57 derajat lintang selatan.Indonesia yang berada dalam wilayah lintasan katulistiwa juga berpeluang kejatuhan UARS.
NASA menjelaskan, perbandingan satelit itu jatuh di wilayah tak berpenduduk lebih besar karena memperhitungkan luas wilayah daratan dan lautan serta kawasan gurun di bumi. Apalagi 70 persen wilayah dari rentang kawasan yang diperkirakan itu didominasi lautan.
Profesor astronomi dan astrofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, yang dihubungi Tribunnews.com memperkirakan UARS akan menghantam bumi pada rentang waktu Jumat (23/9/2011) tengah malam hingga 24 jam berikutnya.
"Kemungkinannya memang kecil tetapi perlu waspada. Maka itu Lapan terus memantau perkembangannya," ujar Thomas, Jumat pagi.
Thomas mengungkapan bahwa Lapan akan berkoordinasi dengan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jika UARS dipastikan jatuh di Indonesia. Setelah itu BNPB berkoordinasi dengan jajaran di daerah.
Satelit berukuran panjang 10,6 meter dan diameter 4,5 meter itu semula berbobot 5,9 ton. Media di AS menggambarkan satelit yang tengah mendekati bumi tersebut seukuran bus kota. Menurut NASA, badan antariksa AS, saat menembus atmosfer bumi, UARS akan hancur berkeping-keping namun masih tersisa 26 keping total berbobot 532 kg.
SUMBER : TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
NASA yakin salah satu puing terbesar menghantam Samudra Pasifik, tapi mereka tak dapat memastikan di mana lokasi maupun waktu pecahan berukuran sebesar bus itu mendarat.
Satelit riset atmosfer itu mengakhiri perjalanannya selama 20 tahun di orbit bumi dengan bunuh diri. UARS menjatuhkan diri ke atmosfer pukul 03.23-05.09 GMT pada Sabtu dan pecah berkeping-keping ketika kembali memasuki atmosfer menjadi sekitar 26 bagian. Pecahan terbesar, diperkirakan mencapai 150 kilogram, ada kemungkinan mampu menembus atmosfer.
Ketika jatuh ke bumi, satelit itu melintas dari pantai timur Afrika ke atas Samudra Hindia dan Pasifik, menyeberangi Kanada utara dan Samudra Atlantik utara ke suatu titik di atas Afrika Barat. Sebagian besar lintasannya berada di atas air, di atas Kanada utara dan Afrika Barat.
"Karena kami tidak tahu di mana titik re-entry itu berada. Kami tidak tahu di mana puing itu jatuh," kata Nicholas Johnson, kepala peneliti puing orbital di Johnson Space Center di Houston. "Mungkin kita tak akan pernah tahu."
Terentang sepanjang 10,7 meter dan berdiameter 4,6 meter, UARS adalah wahana antariksa terbesar yang jatuh tak terkontrol menembus atmosfer. Satelit NASA lain yang pernah jatuh ke bumi pada 1979, Skylab, berbobot 68 ribu kilogram.
Stasiun antariksa Mir seberat 122 ribu kilogram jatuh ke Samudra Pasifik pada 2001. Namun pendaratan kembali Mir dikendalikan sepenuhnya dari bumi.
Kini NASA berencana membuat wahana antariksa besar yang proses jatuhnya dapat dikendalikan.
Satelit itu diperkirakan memasuki atmosfir Bumi antara pukul 23.45 waktu setempat Jumat dan 00.45 waktu setempat Sabtu (10.45 sampai 11.45 WIB), kata NASA, sebagaimana dilaporkan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Selama masa itu, Upper Atmosphere Research Satellite, yang sudah tak berfungsi tersebut, melewati wilayah Kanada dan Afrika, serta daerah luas Samudra Pasifik, Atlantik dan Hindia.
NASA sedang berusaha mengkonfirmasi lokasi dan waktu masuknya kembali satelit itu ke atmosfir Bumi.
Bangkai Satelit Berpeluang Jatuh
di Indonesia
Sampah raksasa dari satelit Upper Atmosphere Research Satelite (UARS) yang tengah menuju bumi kecil kemungkinan jatuh menghantam wilayah berpenduduk. Badan Antariksa AS, NASA, mengungkapkan bahwa peluang UARS menghantam wilayah pemukiman warga adalah 1: 3.200. Hingga kini belum bisa dipastikan lokasi jatuhnya UARS.Namun wilayah yang berpotensi dihujani kepingan bangkai satelit itu adalah seluruh kawasan di rentang 57 derajat lintang utara hingga 57 derajat lintang selatan.Indonesia yang berada dalam wilayah lintasan katulistiwa juga berpeluang kejatuhan UARS.
NASA menjelaskan, perbandingan satelit itu jatuh di wilayah tak berpenduduk lebih besar karena memperhitungkan luas wilayah daratan dan lautan serta kawasan gurun di bumi. Apalagi 70 persen wilayah dari rentang kawasan yang diperkirakan itu didominasi lautan.
Profesor astronomi dan astrofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, yang dihubungi Tribunnews.com memperkirakan UARS akan menghantam bumi pada rentang waktu Jumat (23/9/2011) tengah malam hingga 24 jam berikutnya.
"Kemungkinannya memang kecil tetapi perlu waspada. Maka itu Lapan terus memantau perkembangannya," ujar Thomas, Jumat pagi.
Thomas mengungkapan bahwa Lapan akan berkoordinasi dengan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jika UARS dipastikan jatuh di Indonesia. Setelah itu BNPB berkoordinasi dengan jajaran di daerah.
Satelit berukuran panjang 10,6 meter dan diameter 4,5 meter itu semula berbobot 5,9 ton. Media di AS menggambarkan satelit yang tengah mendekati bumi tersebut seukuran bus kota. Menurut NASA, badan antariksa AS, saat menembus atmosfer bumi, UARS akan hancur berkeping-keping namun masih tersisa 26 keping total berbobot 532 kg.
SUMBER : TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
UPDATE
Satelit NASA Akhirnya Jatuh di Laut
TEMPO Interaktif, Cape Canaveral - Satelit sains seberat 6 ton milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) jatuh ke bumi pada Sabtu waktu setempat. Lokasi jatuhnya puing antariksa itu masih menjadi misteri.NASA yakin salah satu puing terbesar menghantam Samudra Pasifik, tapi mereka tak dapat memastikan di mana lokasi maupun waktu pecahan berukuran sebesar bus itu mendarat.
Satelit riset atmosfer itu mengakhiri perjalanannya selama 20 tahun di orbit bumi dengan bunuh diri. UARS menjatuhkan diri ke atmosfer pukul 03.23-05.09 GMT pada Sabtu dan pecah berkeping-keping ketika kembali memasuki atmosfer menjadi sekitar 26 bagian. Pecahan terbesar, diperkirakan mencapai 150 kilogram, ada kemungkinan mampu menembus atmosfer.
Ketika jatuh ke bumi, satelit itu melintas dari pantai timur Afrika ke atas Samudra Hindia dan Pasifik, menyeberangi Kanada utara dan Samudra Atlantik utara ke suatu titik di atas Afrika Barat. Sebagian besar lintasannya berada di atas air, di atas Kanada utara dan Afrika Barat.
"Karena kami tidak tahu di mana titik re-entry itu berada. Kami tidak tahu di mana puing itu jatuh," kata Nicholas Johnson, kepala peneliti puing orbital di Johnson Space Center di Houston. "Mungkin kita tak akan pernah tahu."
Terentang sepanjang 10,7 meter dan berdiameter 4,6 meter, UARS adalah wahana antariksa terbesar yang jatuh tak terkontrol menembus atmosfer. Satelit NASA lain yang pernah jatuh ke bumi pada 1979, Skylab, berbobot 68 ribu kilogram.
Stasiun antariksa Mir seberat 122 ribu kilogram jatuh ke Samudra Pasifik pada 2001. Namun pendaratan kembali Mir dikendalikan sepenuhnya dari bumi.
Kini NASA berencana membuat wahana antariksa besar yang proses jatuhnya dapat dikendalikan.
0 comments:
Post a Comment